Penderitaan dan kebahagiaan sudah tidak aneh lagi untuk didengar dalam kehidupan sehari-hari. Tidak selamanya manusia hidup bahagia dan tidak selamanya juga manusia hidup menderita, semua itu telah diatur oleh Allah SWT. Manusia yang ditakdirkan untuk hidup bahagia terkadang lupa untuk bersyukur, sedangkan jika ditakdirkan untuk hidup menderita manusia ada yang putus asa, tidak terima bahkan menyalahkan Sang Pencipta Alam. Karena manusia menganggap sebuah penderitaan sebagai ujian terberat dalam hidup dan pahitnya kehidupan. Padahal penderitaan seperti layaknya segenggam serbuk pahit, tidak lebih tidak kurang. Jumlah dan rasa pahitnyapun sama dan memang akan tetap sama. Tetapi kepahitan yang kita rasakan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung dari hati kita sendiri. Jadi saat kita merasakan penderitaan dan kepahitan dalam hidup, hanya ada satu yang kita dapat lakukan, lapangkanlah dada kita untuk menerima semuanya itu, luaskanlah hati kita untuk menampung setiap kepahitan itu.
Hati , perasaan dan kalbu kitalah tempat kita menampung segalanya. Jadi jangan jadikan hati kita seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu menampung setiap kepahitan penderitaan itu, dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan. Untuk menggapai kebahagiaan yang harus kita lakukan adalah tetap tenang, syukuri apapun yang kita terima pada setiap saat . Maka kita dapat merasakan kebahagiaan itu. Kebahagiaan ada dalam diri kita yang kurang adalah kita seringkali jarang mensyukurinya, dan menganggap penderitaan yang kita rasakanlah yang paling pahit dibandingkan penderitaan orang lain.
0 komentar:
Posting Komentar