Masa SMA katanya masa yang paling indah, dimana pada masa
SMA kita sudah dianggap bukan anak kecil lagi. Sekarang aku sudah kelas 2 SMA, aku mempunyai 2 orang
sahabat Kiki dan Rere. Walaupun kami bersahabat tetapi dalam belajar bersaing
berlomba-lomba untuk menjadi peringkat pertama dikelas. Dan dikelas aku, Kiki dan Rere masing-masing
mempunyai cowo yang disukai. Bahkan Kiki sudah resmi menjadi pacar cowo yang
dia sukai itu. Kalau aku hanya sebatas dekat tapi teman sekelas selalu mengira
aku pacaran dengannya. Pada jam istirahat sahabatku Kiki mengundang teman-teman
sekelas untuk datang diacara ulang tahunnya lusa dirumahnya. Sedih, tidak enak
hati rasanya aku tidak dizinkan ibuku untuk datang karena rumah Kiki yang cukup
jauh.
“siapa aja besok yang bisa datang, kalian anak cowo pada
bawa motorkan? Nanti yang cewe dibonceng ya” tanya Kiki sambil mendata.
“Imel, kamu ikutkan besok?” tiba-tiba suara Danies
mengejutkanku dari luar jendela.
“aku ga ikut Dan, aku ngga boleh sama ibuku pergi jauh bawa
motor” jawab ku.
“Imel bujuk ibu kamu, bilang kamu dibonceng ngga bawa motor
sendiri!” kata Rere lalu berbisik ketelingaku (tuh kapan lagi bisa deket sama
Danies boncengan, jangan sia-siakan liat aku udah ngga ada kesempatan buat
deket sama Gery karena dia lagi deket sama Ina).
“(Re aku juga ngga munafik tapi ibuku yang melarang, kaya
ngga pernah muda)”kataku balas berbisik pada Rere.
“Mel, Re kenapa jadi bisik-bisik gitu ngobrolnya?” tanya
Danies.
“kamu ikut ngga besok Dan? Kalau ikut aku nebeng bonceng
dong” tanya Rere.
“Insya Allah” jawab Danies singkat sambil meninggalkan aku
dan Rere.
Walaupun Danies bukan pacarku tapi tidak tahu kenapa ada
perasaan cemburu membayangkan Rere boncengan dengan Danies. Tapi mau gimana
lagi Rere belum dapat tebengan dan lagi pula motor Danies belom ada yang
menebeng. Membujuk rayu ibuku dengan memelas
akhirnya ibuku mengizinkan dengan banyak berbagai persyaratan. Tepat di
hari H “aku diizinin bisa ikut” kataku dengan gembira sambil memeluk Rere dan
Kiki.
“akhirnya lengkap acara hari ini, teman-teman sekelas hampir
sebagian bisa datang dan 2 sahabat juga datang” sahut Kiki dengan wajar yang
tak kalah senang.
“Ya udah kamu bareng Danies, aku cari teman buat nebeng
dulu” sahut Rere melepaskan pelukan kami.
“ngga usah Re aku udah sms-an sama Iqbal, dia belum ada yang
nebeng jadi aku sama dia”kata ku menarik tangan Rere.
“Imel yakin ngga sama Danies? Mel ini kesempatan dan ngga
akan datang 2x kalau gitu Rere aja yang sama Iqbal” sahut Rere.
“ngga apa-apa Rere, lagian apa sih Danies akukan biasa aja
cuma suka biasa ko” jawab ku.
Sepulang sekolahpun aku dan teman-teman yang ikut ke acara
Kiki berkumpul. Danies terus menanyakan aku boncengan dengan siapa. Diperjalanan
aku diminta agar terus mengajak Iqbal untuk mengobrol karena kata dia terkadang
suka ngantuk kalau bawa motor jarak jauh. Tidak tahu apa maksud Danies yang
jelas dia selalu menggoda aku dan Iqbal seperti orang yang pacaran. Caranya
membawa motorpun jika ditidak dibelakang motor Iqbal, Danies berada didepan
motor Iqbal.
“ganggu aja Dan, cemburu ya ngga bisa boncengan sama Imel?”
tanya Iqbal.
“dih ngga” jawab Danies singkat lalu menarik gas mendahuli
aku dan Iqbal.
Iqbalpun sekarang yang gantian mengganggu Danies, dia tarik
gas mendekati Danies. Rere dan aku hanya tertawa-tawa saja melihat ulah mereka.
Sesampainya dirumah Kiki, Rere langsung menarik tanganku dan dia menceritakan
semua yang obrolannya dengan Danies selama perjalanan. Betapa mengejutkannya
ternyata Danies suka denganku dan dia seperti itu karena cemburu melihat aku
dengan Iqbal. Selama acara aku jadi salah tingkah karena Danies terus
memperhatikanku.
“nanti kalau selesai langsung pulangkan?” tanya Danies yang
menghampiriku.
“Dan, kamu pulang bareng Imel aja. Rere sama Gilang kan
kebetulan satu arah pulangnya” sahut Rere sambil mengedipkan matanya ke arahku
dan berbisik (kali ini kamu jangan nolak Mel, aku cubit kalau sampai nolak)
“gimana Imel aja, tapi Iqbal nanti gmn?” kata Danies dengan terbata-bata.
“Iqbalkan biasa bawa motor sendiri, biarin aja nanti Rere
yang bilang ke dia”jawab Rere sambil menepuk pundak Danies.
Acara ditutup dengan berfoto-foto, selanjutnya bersiap-siap
untuk pulang. Akupun menghampiri Iqbal untuk berterima kasih sambil
mengembalikan jaketnya yang tadiku pakai. Sebelum jalan Danies membuka jaketnya
dan memberikannya kepadaku menyuruhku untuk memakainya. Sepanjang perjalanan
canggung sekali rasanya untuk mengobrol, tapi aku berusaha untuk biasa tetap
tenang sampai akhirnya suasana mulai dapat dinikmati dengan saling bertukar
cerita.
Sesampainya dirumahku..
“Makasih ya Dan, mau mampir dulu? Mmm jaketnya nanti ya aku
cuci dulu”
“sama-sama Mel, aku ngga mampir dulu deh. Tapi mel aku mau
nanya kamu sama Iqbal biasa sajakan?” tanya Danies dengan terbata-bata,
“Ya ampun Danies, aku biasa aja sama Iqbal. Emang kamu
sering liat aku deket sama Iqbal, nggakan. Cuma baru tadi aja aku baareng
Iqbal. Kenapa emangnya?” jawabku dengan tertawa karena geli mendengar Danies
bertanya seperti itu.
“Aku suka sama kamu Mel dan tadi aku sempet cemburu apalagi
pas liat kamu ngobrol akrab banget
dimotor” sahut Danies yang tersipu malu.
“aku tau kok kamu cemburu, aku juga tau kamu suka sama aku.
Tadi waktu dirumah Kiki, Rere cerita semuanya” kataku sambil tersenyum.
“Ah comel nih Rere jadi makin malu deh” gerutu Danies.
“udah jangan ngedumel gitu, aku malah nggak percaya banget
waktu denger cerita kamu dari Rere. Dan sekarang aku percaya karena dengar langsung dari kamu.
Sebenarnya sebelum kamu deketin aku, aku bilang sama Kiki dan Rere kalau aku
suka lihat kamu” kata ku tersipu malu.
“Tapi kamu mau kita pacaran?” tanya Danies.
“Duh gimana ya? susah jawabnya” jawab ku
“ kenapa susah, kan cuma ya atau nggak” kata Danies
“susah kalau harus jawab ngga mau Dan” kata ku sambil senyum
dan menahan malu.
Akhirnya aku dan Danies menjalin hubungan sebagai sepasang
kekasih. Kiki dan Rere sangat mendukung karena mereka tahu betul aku sangat
mengharapkan saat seperti ini.